|
kemanapun mereka tinggal mereka tetap menempa, membawa identitas mereka dimanapun. Kumbe salah satu dusun kecil yang terdapat di ujung utara Desa Risa, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima. tiap rumah pada pagi hingga siang, para lelakinya memegang kayu dan besi untuk menempa sebilah parang maupun lainnya. |
|
Asal penduduk Kumbe juga berasal dari Kumbe yang berada di Kota Bima. mayoritasnya adalah pekerja pande besi, di tahun 1992 mereka berbondong-bondong pindah dari kota ke Desa Risa untuk mencari penghidupan baru. Namun mereka tetap membawa keahlian mereka yaitu menjadi pande Besi yang diwariskan turun temurun. |
|
Depan rumah mereka didirikan bengkel pande besi, seusai dari ladang mereka langsung membesarkan api dan bersiap untuk menempa parang dan barang lainnya. Pada tiap bengkel terdapat 2 atau 3 pekerja. |
|
Bapak Amin, salah satu pande besi di Dusun Kumbe, Risa. Beliau salah satu generasi pertama yang datang membangun pemukiman Kumbe. Mereka tidak pernah lupa akan kampung halaman orang tuanya di Kumbe, Kota Bima, tiap ada hajatan atau sanak keluarga yang meninggal mereka pasti akan menghadiri, kisahnya. |
|
Para pemuda di dusun Kumbe, sudah sangat ahli dalam mengukir, mereka hanya menggunakan sebilah pisau kecil yang juga dibuatnya. harga satu parang bekisar dari tiga ratus ribu rupiah hingga satu juta rupiah, tergantung tingkat kerumitan Lapi yaitu sarung goloknya dan bahan kayunya. |
|
Ganggan parang yang berbentuk hewan yaitu kepala anjing. kenapa mereka memilih anjing? makna hewan tersebut merupakan teman setia mereka untuk menjaga kebun atau ladang mereka dari babi dan lainnya, oleh sebab itu parang juga merupakan benda yang selalu dibawa bersama anjing piaraan mereka ketika mereka menuju ladang setiap hari. |
Foto Cerita Oleh Fahrurizki
0 comments Blogger 0 Facebook
Posting Komentar