Semua kesuksesan panjang dibangun di atas hubungan manusia yang Harmonis. (Napoleon Bonaparte)
Dalam sejuk sunyi angin laut amahami dengan senja yang mulai beranjak menuju peraduannya. Terduduk seorang diri menikmati hitamnya kopi Amahami. Tak ada cinta disini, aku pun tak melihat mereka berbagi cerita tentang indahnya Dana Mbojo. Sejarah memang masa lalu, tapi indah untuk diceritakan dan diabadikan. Tapi mungkin di jaman yang serba gaul ini, kenangan masa lalu tak gaul untuk diperbincangkan dan kegaulan semakin menggauli akal pikiran kita.
Indah bukan main, disaat bulan dan bintang di langit sana menjadikan laut Amahami yang tenang itu berkilau bak permata. Pikiranku kosong, dan hatiku hening dibuatnya, sedang jiwaku seakan mengembara mengelilingi panorama yang menakjubkan itu. Entah mengapa, mataku selalu tertuju pada bibir laut diseberang sana. Terlihat sunyi senyap mencekam seorang diri tanpa hingar bingar nyanyian bising. Itu sebuah gunung kecil yang membentang ke laut. Apakah itu Nisa Soma yang sering orang katakan, yang didalamnya terdapat benteng Asakota sebagai benteng pertahanan kerajaan kala itu.
Sebagaimana pengorbanan Sultan Bima yang ke 2 yaitu Abdul Khair Sirajuddin yang meninggalkan Makassar (Gowa), karena tidak ingin mengorbankan kerajaan besarta rakyatnya berada pada tangan kompeni (VOC) melalui perjanjian Bongaya. Dan pahlawan maritim itu membentuk kekuatan armada angkatan laut Bima. Benteng yang dibangun sekitar tahun 1668 di sebuah pulau kecil yang diberi nama Nisa Soma inilah sebagai cikal bakal benteng pertahanan armada laut Bima yang diberi nama Pabise. Benteng Asa Kota yang sekaligus merupakan pintu masuk menuju Bima. Dengan batu-batu kali yang tersusun rapi sebagai benteng pertahanan. Juga untuk mengintai dan menghalau kapal-kapal kompeni dan perompak. Namun kini seakan cerita itu hilang ditelan bumi. Begitu sunyi tanpa penghuni, tak ada yang merawatnya dan diapun hidup sebatang kara. Pikiranku menjadi liar dan hatiku resah gelisah memandang kenyataan ini.
Sesaat aku terdiam dan membayangkan keindahan sebuah menara dan gapura termegah di Paris-Perancis sana. Mendengar kata Paris, kita tertuju pada suatu tempat romantis yang menyimpan sejuta keindahan, tempat mereka tertawa gembira, tempat mereka berbagi cerita dan kisah, serta tempat di mana mereka berbagi cinta dan kasih sayang. Eiffel. Iya, menara Eiffel yang mengagumkan itu. Disinilah awal hati itu berirama dengan jiwa-jiwa yang mengalun sunyi bersama nyanyian sejuk angin Paris. Paris,, tempat dimana cinta bukan sekedar kata, Tempat dimana kamu selamanya takkan pernah melupakan kenangan terindah dalam hidupmu. Wonderful life, Begitulah ungkapan hati orang-orang saat berkunjung di kota yang berjuluk romantis itu.
Gambar : arc de triomphe dan menara eiffel di Paris (wikipedia.org) |
Monumen gerbang kemenangan Napoleon Bonaparte Arc de Triomple yang juga merupakan gapura terbesar dalam sejarah, mengantar imajinasi kita pada masa kejayaan Bonaparte. Mungkin Napoleon terinspirasi sejak dia berdiri di atas menara dan menembakkan pendukung royalis yang rusuh kala itu kali ya, hehe. Hmm Leon memang keren.
Haru biru hati para pengunjung tak tertahan lagi, bagaimana tidak. Tempat-tempat bersejarah itu membawa kita pada masa-masa kelam yang mencekam penuh dengan darah dan air mata. Jika di ingat-ingat cerita orang tua dulu, atau yang kita baca lewat buku. Sungguh, terasa benar-benar berada pada masa tanpa cinta.
Seandainya Benteng Asa Kota layaknya Arc de Triomple monument gerbang kemenangan Napoleon kala itu, atau dibangun menara kecil untuk menemani kesendirian Benteng Asa Kota. Sungguh luar biasa. Atau setidaknya susunan batu-batu itu dibenahi dan di rekonstruksi kembali, Sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada para pejuang Dana Mbojo melawan belanda (VOC) kala itu. Dan sebagai kenangan sejarah untuk kita saat ini dan generasi mendatang. Benteng Asa Kota lah yang menjadi kekuatan penting rakyat Dana Mbojo. Benteng Asa Kota juga dapat dijakan destinasi wisata sejarah. Tempat dimana kita dapat berbagi cerita dan kisah masa lalu, kini dan yang akan datang. Sungguh indah.
“Tempatkan sesuatu pada tempatnya. Tempatkan impiannmu dimasa depan, dan jadikan sejarah sebagai tempat mencari pelajaran”
(Ardy S, 05/1/2015)
0 comments Blogger 0 Facebook
Posting Komentar