Pagi hari pukul 8 pagi, kami bersiap-siap untuk menuju salah satu pulau yang unik dan mempesona di Utara Bima yaitu Desa Pai wilayah Kecamatan Wera, saat itu bertepatan pada tanggal merah yaitu hari Rabu 9/3/2015 dan juga bertepatan dengan Gerhana Matahari Total (GMT) yang sangat ramai disaksikan oleh orang-orang seantero Indonesia dan Dunia.
Untuk menuju Desa Pai kami mengambil rute sebelah timur dari Sape karena akses jalan yang sangat baik dan juga dekat dengan Pai, menuju Desa Pai juga bisa melalui jalur dari Wera. Kalo dari Kota Bima menuju Pai melalui Sape memakan waktu kurang lebih satu setengah jam, dan jika melalui Wera memakan waktu kurang lebih dua jam.
Ketika sampai di Desa Pai kami langsung menuju pantainya dimana terdapat salah satu pulau yang terunik di dunia yaitu pulau ular. Suasana pantai Pai ketika kami tiba sangat sepi pengunjung, hanya beberapa nelayan yang terlihat sedang duduk di bawah pohon.
Pulau Ular terlihat dari arah pantai dan perahu nelayan setempat berjejer |
Ketika itu juga salah satu nelayan yang bernama Pak Ahmad datang menghampiri kami dan menawarkan jasa perahunya untuk menyebrang ke pulau ular. Jarak pulau ular dari pantai kurang lebih 200 meter, Pak Ahmad mematok harga 15 ribu perorang pulang pergi dan jumlah kami enam orang. Kemudian bersama kedua putranya pak Ahmad menyiapkan perahu di bibir pantai dan membantu mengangkat kami naik ke perahu miliknya.
Setelah semuanya naik ke perahu dan Pak Ahmad menyalakan mesin perahunya kamipun menuju ke pulau ular di seberang, Air laut yang sangat jernih dan bersih dan bonus view Gunung Sangyang Api di arah barat sangat membuat kami terpesona.
View gunung sangyang Api dari pantai Pai |
Sesampainya di Pulau Ular kamipun menuju di atas pulau yang lebarnya kurang lebih 16 meter dan panjang 57 meter, di atas pulau terdapat tumbuhan ilalang dan dua buah pohon Kamboja yang jaraknya 10 meter. Di bawah salah satu pohon kamboja bagian selatan pulau terdapat satu ular yang sedang tertidur, lalu kami berteduh di pohon bagian utara, dimana juga banyak anak-anak nelayan setempat yang asik bermain di atas pohon Kamboja.
Kemudian datang salah satu anak Pak Ahmad membawa tiga ekor ular kepada kami, beberapa anggota dari rombongan kami ada yang takut dan juga ada yang ingin foto mengabadikan diri mereka bersama ular di pulau itu. Jenis ular yang terdapat pada pulau ini yaitu jenis ular laut dengan warna belang putih hitam atau nama ilmiahnya Hydrophiinae.
Salah satu anak Pak Ahmad memegang ular di pulau ular |
Kata Pak Ahmad di pulau ini jika airnya turun ular akan banyak terlihat di pinggir karang pulau dan sebaliknya bila air pasang ular hanya beberapa yang terlihat sedang bermain di pinggir pulau. Setelah satu jam lebih kami bermain di pulau ular, kamipun balik ke pinggir pantai.
Sesampainya di pantai, terlihat satu keluarga yang piknik dan sedang bakar jagung di bawah pohon, kemungkinan datang ketika kami menuju pulau, kemudian kami bertemu dengan salah satu penduduk Desa Pai yang bernama Pak Ali (57) yang sedang asik juga duduk menikmati hembusan angin pantai.
Pak Ali berkata bahwa pulau ular itu dulunya adalah sebuah kapal yang berunah menjadi batu, dari perkataan Pak Ali mengenai kutukan ada juga cerita yang menarik dari penduduk setempat mengenai pulau ular yaitu:
Dikisah suatu hari pada zaman dahulu kala datang kapal pelaut Portugis berlabuh di wilayah pantai Pai, kemudian para pelaut Portugis itu menuju daratan untuk melakukan transaksi perbekalan kapal mereka, setelah transaksi jual beli dilakukan kemudian para pelaut tersebut merasa ditipu oleh penduduk setempat dan tanpa basa basi para pelaut itu kemudian menembak si penjual. Akhirnya penduduk desa marah dan menyerang para pelaut lalu kerusuhan terjadi para pelaut menembak semua penduduk desa dan tinggal satu orang yang masih hidup yaitu Kepala Suku.
Kepala Suku di tangkap dan dihadapkan ke kapten kapal, kemudian sang kapten mengeluarkan pedangnya. Sebelum dibunuh Kepala Suku tersebut mengutuk seluruh isi kapal beserta kaptennya, kemudian kapten kapal membunuh kepala Suku dengan pedangnya. Setelah membu uh semua penduduk dan Kepala Sukunya beberapa jam kemudian sang kapten kapal dan anak buahnya semua berubah menjadi ular dan kapal mereka berubah menjadi batu besar sedangkan tiang kapal berubah menjadi pohon kamboja kemudian dikenal dengan nama “Pulau Ular”.
Setelah lama berbincang dengan Pak Ali tentang pulau ular, kamipun pamit untuk pulang dan mengambil jalur menuju Wera. Yang memakan waktu 2 jam lebih sampai di Kota Bima.
0 comments Blogger 0 Facebook
Posting Komentar